Translate

Senin, 23 November 2015

MANAJEMEN PENDIDIKAN KEJURUAN



MAKALAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN KEJURUAN

Kewirausahaan dalam Pendidikan“

Disusun untuk memenuhi matakuliah Manajemen Pendidikan Kejuruan
yang dibimbing oleh Dr. H. Tri Atmadji Sutikno, M.Pd

Oleh :

1. Ramadhan Yorri I.P              NIM. 140534605571
2. Siska Dwi A.                         NIM. 140534603377
3. Yoga                                      NIM. 140534603029
4. yoga Bayu Anggara               NIM. 140534603279

S1 PTE OFFERING C 2014









PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Nopember 2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan Kejuruan.
Adapun isi dari makalah ini adalah mengenai pembahasan kewirausahaan dalam pendidikan. Makalah ini merupakan tugas pertama pada mata kuliah Manajemen Pendidikan Kejuruan dengan bapak Tri Atmadji Sutikno sebagai dosen pengampu.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen serta staf pengajar mata kuliah Manajemen Pendidikan Kejuruan. Serta semua pihak yang membantu penulis dalam penyusunan makalah.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik serta saran yang membangun penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini. Sebagai manusia penulis merasa memiliki banyak kesalahan. Penulis mohon maaf sebesar-besarnya untuk kelancaran penyelesaian makalah ini.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan ini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat dipergunakan seperlunya.

                                                                                Malang, Nopember 2015

                                                                                                  
                                                                                              Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………...i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……………………………………………………………….1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………………2
1.3. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN
2.1
. Pengertian Kewirausahaan dalam Pendidikan………………………………..4
2.2.
Tujuan Kewirausahaan dalam Pendidikan …………………………………...5
2.3.
Karakteristik Seorang Wirausaha …………………………………………….6
2.4. Strategi kewirausahaan bagi sekolah ………………………………………...8
2.5. Landasan pendidikan kejuruan ……………………………………………...11
2.6. Tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan ……14
2.7. Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha ...18
2.8. Cara pemberdayaan masyarakat dan DUDI akibat dari pendidikan
kejuruan ……………………………………….…………………………….22

BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...……………………………………………………………….25
3.2. Saran ………………………………………………………………………...26

DAFTAR RUJUKAN …………………………………………………………..27


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Pendididikan kejuruan adalah suatu pendidikan dan pelatihan untuk kepentingan jabatan di lapangan kerja yang spesifik seperti bidang industri, pertanian atau perdagangan. Pendidikan kejuruan merupakan program pendidikan yang mempersiapkan orang-orang untuk memasuki dunia kerja, baik yang bersifat formal maupun nonformal. Pendidkan kejuruan di Indonesia dirancang untuk mengembangkan nilai-nilai demokratis. Implikasinya, peserta didik diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dan diberikan peluang untuk mengembangkan nilai-nilai demokratis pada dirinya. Lulusan sekolah kejuruan dipersiapkan untuk memberi kesempatan berkembangnya kompetensi yang relevan dengan perkembangan permintaan pasar kerja, serta, memberi ruang gerak pada diri peserta didik untuk mengembangkan dan melakukan berbagai aktivitas yang dapat memberi kontribusi terhadap kecakapan hidup di lingkungan masyarakatnya.
      Program kewirausahaan di SMK pada dasarnya merupakan salah satu program pembelajaran yang bertujuan untuk penanaman nilai kewirausahaan melalui pem-biasaan, penanaman sikap, dan pemeliharaan perilaku wirausaha. Kewirausa-haan pada hakikatnya adalah sifat,ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (kreatif dan inovatif). Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, inovasi adalah bertindak melakukan sesuatu yang baru. Secara efistimologis kewirausahaan (entrepreneurship) pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar,sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup (Suryana, 2003).
      Namun demikian, selama ini program kewirausahaan yang diajarkan di SMK belum mampu menghasilkan siswa yang memiliki sikap, watak, perilaku kewirausahaan serta kecakapan hidup, sehingga banyak lulusan SMK yang masih belum bekerja karena tidak mampu memenuhi kompetensi yang dibutuhkan dunia industri serta ketidakmampuan untuk membuka lapangan kerja sendiri. Seringkali pihak dunia industri mendapati anak-anak yang memasuki lapangan pekerja tidak mempunyai bekal yang memadai untuk kualifikasi pekerja yang diharapkannya. Setiap anak yang diterima, baik dari sekolah kejuruan ataupun sekolah umum, yang diterima dalam perekrutan tenaga kerja ternyata tidak mempunyai kualifikasi yang diharapkan. Oleh karena itulah, maka anak didik harus benar-benar dipersiapkan agar mampu melakukan beberapa kegiatan yang menjadikannya mempunyai kemampuan untuk bekerja dan berwirausaha.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian kewirausahaan dalam pendidikan?
2.      Apa tujuan kewirausahaan dalam pendidikan?
3.      Apa saja karakteristik seorang wirausaha?
4.      Apa saja strategi kewirausahaan bagi sekolah?
5.      Apakah yang damaksud dengan landasan pendidikan kejuruan?
6.      Apa saja tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan?
7.      Bagaimanakah peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha?
8.      Bagaimanakah cara pemberdayaan masyarakat dan DUDI akibat dari pendidikan kejuruan?



1.3  Tujuan
Sesuai dengan pokok permasalahn di atas, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Pengertian kewirausahaan dalam pendidikan.
2.      Tujuan kewirausahaan dalam pendidikan.
3.      Karakteristik seorang wirausaha.
4.      Strategi kewirausahaan bagi sekolah.
5.      Landasan pendidikan kejuruan.
6.      Tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan.
7.      Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha.
8.      Cara pemberdayaan masyarakat dan DUDI akibat dari pendidikan kejuruan.











BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewirausahaan dalam Pendidikan
      Istilah kewirausahaan sering digunakan silih berganti dengan istilah kewiraswastaan. Dari dua istilah itu dapat diapresiasi bahwa makna wira berarti berani atau berjiwa kepahlawanan, swa artinya sendiri, usaha artinya cara-cara yang dilakukan dan sta asrtinya berdiri. Jadi, seorang kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.   
      Menurut Lupiyodi dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku
Manajemen Pendidikan Kejuruan karangan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa memang realitasnya wiraswasta itu sama dengan wirausaha yakni berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutamaan dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meskipun demikian, wirausaha dan wiraswasta dapat dibedakan, yaitu wirausaha memiliki visi pengembangan usaha, kreativitas dan daya inovasi, sedangkan wirasasta tidak memilikinya.   
          Istilah kewiraswastaan atau kewirausahaan itu sesungguhnya bermuara pada pengertian pada istilah asing yakni entrepreneurship. Raymond (1995) yang dikutip oleh Lupiyodi dan Wacik (1998) dan dikutip lagi dalam buku
Manajemen Pendidikan Kejuruan karangan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa entrepreneurship merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi guna memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat. Kesejahteraan atau nilai tambah bagi masyarakat sebagai tujuan dari kewirausahaan itu, dilakukan melalui pengungkapan gagasan baru, penggalian sumber daya, dan merealisasikan gagasan itu menjadi suatu kenyataan yang menguntungkan.
      Sedangkan menurut Prof.Dr.Umar Tirtarahardja (2005) dalam bukunya Pengantar Pendidikan” mendefinisikan pendidikan adalah suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan dating, dan pendidikan nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada pencapaian tujuan pebangunan nasional Indonesia. Pendidikan dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuanya dan progam yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum,pendidikan keturunan dan pendidikan lainnya. Serta upaya pembaharuannya meliputi landasan yuridis, kurikulum dan perangkat penunjangnya, struktur pendidikan dan tenaga kependidikan.
      Kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terus-menerus yang dilakukan pihak sekolah terutama kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan cermat peluang-peluang, melihat setiap unsur institusi sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara realistic dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan (benefits) dan mendatangkan keuntungan financial (profits). Benefits dan profits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-guru, kepala sekolah.

2.2 Tujuan Kewirausahaan dalam Pendidikan
      Pada hakikatnya pendidikan itu bukan hanya sekedar merupakan pewarisan budaya dan hasil peradaban manusia. lebih dari pada itu, pendidikan adalah daya upaya untuk menolong manusia memperoleh kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup pribadi dapat dicapai apabila manusia mengalami perkembangan pribadi secara maksimal. Pendidikan dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek kepribadian menusia sehingga dengan demikian manusia itu dapat mengusahakan kehidupannya sendiri yang sejahtera.
      Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. (1984:28) dalam bukunya “Pendidikan Wiraswasta” mengungkapkan tujuan pendidikan adalah mewujudkan pribadi-pribadi yang mampu menolong diri sendiri maupn orang lain, sehingga dengan demikian terwujudlah kehidupan manusia yang sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berusaha memberikan pertolongan agar manusia mengalami perkembangan pribadi. Untuk itu pendidikan memberikan latihan-latihan terhadap karakter, kognisi, serta jasmani manusia.
      Manusia sendiri pada hakikatnya merupakan pribadi yang berkembang mengikuti hukum serta kekuatan kodrati yang telah dianugerahkan oleh Tuhan kepada pribadi itu. Perkembangan pribadi manusia dapat terhambat ataupun tertunjang oleh stimuli lingkungannya. Fungsi pendidikan menurut Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. (1984:28) adalah meberikan kondisi yang menunjang perkembangan segala aspek kepribadian manusia. pendidikan hanyalah sebagai pertolongan agar degan potensi dan kapasitas pribadi yang ada, manusia akhirnya dapat hidup secara mandiri, bertanggungjawab atas kesejahteraan orang lain.
      Ditinjau dari tujuan serta fungsi pendidikan tersebutdi atas, maka kita dapat menimba akan arti pentingnya wiraswasta. Pendidikan telah menjadi kebtuhan penting, dan disamping itu juga menjadi tanggung jawab manusia. Agar manusia dapat mewujudkan kehidupan sejahtera, maka mereka (baik yang memberikan pendidikan maupun yang memperoleh pendidikan) hendaknya memiliki pandanan serta pemahaman tentang kewirausahaan demi terciptanya tujuan akhir pendidikan. Dengan perkataan lain, pewujudan manusia wiraswasta menunjang pencapaian tujuan pendidikan.

2.3 Karakteristik Seorang Wirausaha
      Kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah dengan memahami diri sendiri. Untuk memulai suatu usaha, hal penting yang harus dipahami adalah apakah yang bersangkutan memiliki jiwa berwirausaha atau tidak. Seorang wirausaha harus memiliki sifat seperti berikut : a) percaya diri, b) berorientasi tugas dan hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e) keorisinalan, f) berorientasi ke masa depan.
      Persoalan maju dan tidaknya kehidupan manusia, tergantung pada manusianya sendiri. Ia  berusaha memperlengkapi diri dengan jiwa besar ataukah dengan jiwa kerdilnya. Sebagai orang tua atau generasi tua. Berikut dikemukakan ciri-ciri manusia wiraswasta menurut Drs. Wasty Soemanto, M.Pd. (1984) adalah sebagai berikut :
1.     Memiliki moral yang tinggi
2.     Memiliki sikap mental wirauswasta
3.     Memiliki kepekaan terhadap arti lingkungan
4.     Memiliki keterampilan wiraswasta
      Untuk memahami lebih jauh tentang ciri-ciri manusia wiraswasta, di bawah akan dipaparkan tentang ciri-ciri manusia wiraswasta, dengan merujuk kepada pemikiran menurut Drs. Wasty Soemanto, M.Pd., meliputi :
1.    Memiliki moral yang tinggi
Manusia yang bermoral tinggi setidaknya memiliki atau menjalankan enam sifat utama yaitu : 1) Ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2)  Kemerdekaan batin, 3) Keutamaan, 4) Kasih sayang terhadap sesama manusia, 5) Loyalitas hukum, 6) keadilan. Dari sifat-sifat tersebut diketahui bahwa sifat-sifat satu sampai ketiga berhubunga dengan diri sendiri (pribadi), sedangkan sifat-sifat nomor empat sampai nomor enam adalah menyangkut kepentingan orang lain. Manusia yang memiliki keenam sifat tersebut adalah manusia yang bermoral tinggi.
2.  Memiliki sikap mental wiraswasta
Manusia yang bermental wirausaha mempunyai kemauan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Kemauan keras adalah kuni keberhasilan dan disamping kemauan keras, manusia yang bersika mental wirausaha memiliki keyakinan yang kuat atas kekuatan yang ada pada dirinya. Manusia yang bersikap wirausaha jugaharus memiliki sifat kejujuran dan sifat tanggung jawab. Salah satu kunci keberhasilan seorang dalam wirausaha dan berwiraswasta adalah adanya kepercayaan dari oarang lain terhadap dirinya. Agar seseorang memperoleh simpati dan kepercyaan orang lain dalam berusaha, maka ia harus memiliki sifat kejujuran dan sifat tanggungjawab.
 3.  Kepekaan jiwa wiraswasta terhadap arti lingkungan
     Manusia wiraswasta setidak-tidaknya harus memiliki empat hal agar dirinya peka atau sensitif terhadap arti lingkungan bagi kehidupannya
a.       Pengenalan terhadap arti lingkungan
b.      Rasa syukur atas segala yang diperoleh dan dimiliki.
c.       Keinginan yang besar untuk menggali dan mendayagunakan sumber-sumber ekonomi lingkungan setempat.
d.      Kepandaian untuk menghargai dan memanfaatkan waktu secara efektif.
Dengan memiliki keempat hal tersebut maka diharapkan manusia wiswasta memiliki kepekaan terhadap arti ingkuangan bagi usaha memajukan kehidupannya, karena kemajuan dan prestasi belajar dan bekerjanya manusia memerlukan berbagai sumber. Dan sumber-sumber itu terdapat dalam lingkunganya.
4.  Ketrampilan wiraswasta
     Untuk menjadi manusia wiraswasta diperlukan beberapa ketrampilan yang antara lain yaitu : a) ketrampilan berfikir kreatif, b) ketrampilan dalam pembuatan keputusan, c) ketrampilan dalam pembuatan keputusan, d) ketrampilan manajerial, e) ketrampilan dalam bergaul antar manusia (“human relatioans”). Dengan memiliki ketrampilan-ketrampilan tersebut manusia wiraswasta diaharapkan dapat  menjalankan uashanya dengan lancar.

2.4 Strategi kewirausahaan bagi sekolah
      Strategi kewirausahaan merupakan langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh kepala sekolah dalam menjadikan sekolahnya sebagai organisasi yang bersifat kewirausahaan (entrepreneurial organization). Lupriyono dan Wacik (1998) yang dikutip dalam buku Manajemen Pendidikan Kejuruan karangan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2008) menyatakan bahwa strategi kewirausahaan mencangkup pengembangan visi, dorongan inovasi, dan penstrukturan iklim kewirausahaan.     
a.      Pengembangan Visi/Misi
      Langkah awal dalam mewirausahakan lembaga pendidikan adalah merumuskan visi/misi. Visi atau misi merupakan gambaran cita-cita atau kehendak sekolah yang ingin diwujudkan dalam masa yang akan datang. Visi sekolah harus dirumuskan dengan jelas, singkat dan mengandung dukungan nyata untuk mewujudkan perubahan atau inovasi yang bersifat entrepreneurial.
      Visi yang telah dirumuskan, selanjutnya disosialisasikan atau disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah dasar. Maksudnya, agar visi tersebut dapat dimengerti dan dipahami secara mendalam sehingga memperoleh dukungan. Visi yang telah dirumuskan melahirkan misi dan program-program yang harus diemban dalam praktik kewirausahaan.
b.      Dorongan Inovasi
      Berkaitan dengan semangat mewirausahakan sekolah, strategi ini berarti menumbuh-suburkan dan mengembangkan gagasan-gagasanorisinil dan inovatif. Karena itu, setiap kepala sekolah dalam mewirausahakan sekolahnya dituntut memiliki agenda inovasi. Agenda inovasi ini menjadi alat spesifik dan utama dalam strategi mewirausahakan suatu sekolah.
      Agenda inovasai yang dimiliki itu sewajarnya merujuk pada perangkat mutu atau criteria mutu yang merefleksikan kebutuhan dan harapan-harapan tentang pendidikan di sekolah dari semua pihak yang berkepentingan. Sebagai alternative, terdapat dua unsure pokok yang dapat dipertimbangkan untuk agenda inovasi tersebut. Pertama unsure internal institusi sekolah dan kedua unsure eksternal sekolah itu.
Unsur-unsur internal institusi sekolah yang dapat dikaji, meliputi :  
1. Pembelajaran yang dialami peserta didik          
2. Pengembangan kurikulum/program pendidikan
3. Kompetensi professional guru dan pengembangan system pengajaran
4. Pra-sarana dan pengembangan sarana/fasilitas pendidikan       
5. Pembiayaan pendidikan
6. Pengembangan budaya sekolah
7. Perilaku manajemen itu sendiri
Unsur-unsur eksternal dari institusi sekolah itu yang dapat dikaji meliputi 
1) Perhatian dan paisipasi orang tua / masyarakat, dan     
2) Kondisi alam dan lingkungan sosial budaya masyarakat.
3) Agenda inovasi sebagai contoh-contoh program yang mengungkapkan kewirausahaan dari kedua unsure sekolah.     
                                                                                        
c.       Penstruktur Iklim Intrapreuneurial
      Langkah Strategis ini merupakan proses pembentukan unsure-unsur dan suasana yang mendukung atas terselenggaranya agenda inovasi. Dalam hal ini, komitmen manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah serta profesionalisme staf/guru-guru itu amat dibutuhkan. Tekanan penstrukturan iklim kewirausahaan berada pada penyempurnaan usaha-usaha untuk implementasi proyek-proyek inovasi. Artinya strategi ini menekankan pada proses internal organisasi, yakni usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam memantapkan system manajemannya.     
      Hal ini tidak bisa lepas dari tuntutan perubahan mewirausahakan pola manajemen itu sendiri. Kemampuan menjabarkan kebijakan pendidikan yang berlaku di daerahnya, kepemimpinan transfomasional dan visioner, kemampuan mengelola perubahan dan kemampuan mengambil keputusan, serta kemampuan mengembangkan jaringan kerja yang menguntungkan, merupakan sejumlah tuntutan yang patut dipenuhi para kepa sekolah dalam mengembangkan strategi yang dimaksudkan.
      Strategi ini didefinisikan sebagai corporate venturing yaitu sebuah proses internal organisasi yang pokok untuk mengembangkan produk, proses dan teknologi. Ketiganya diinstitusionalisasikan untuk kemakmuran jangka panjang. Menyangkut pengembangan produk, proses organisasional atau pengelolaan sekolah itu haruslah berorientasi pada perolehan hasil (kinerja) yang bermutu dan berorientasi pada kepuasan customer sebagai pihak yang terlayani. Menyangkut pengembangan proses, berarti pengelolaan sekolah itu sendiri harus berlangsung dalam penciptaan suasana-suasana yang menggairahkan, dinamis dan menyenangkan. Sedangkan menyangkut teknologi, berarti proses pengelolaan sekolah itu menawarkan usaha-usaha yang lebih praktis, efsien dengan penggunaan sarana dan peralatan (teknologi) yang makin canggih.           
      Dengan pengelolaan sekolah yang berorientasi pada produk, proses dan teknologi seperti pada penjelasan di atas, maka penstrukturan iklim kewirausahaan itu secara bertahap akan terbentuk. Dengan demikian maksud utama pengembangan strategi manajemen sekolah yang mengandung muatan entrepreneurial adalah citra sekolah yang terkesan maju dan bermutu, serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh tingkat kesejahteraan dan keuntungan finansial yang mencukupi.

2.5 Landasan pendidikan kejuruan
      Sejak lama terdapat jurang pemisah antara lembaga pendidikan kejuruan dan lembaga pendidikan umum. Lulusan sekolah-sekolah kejuruan sangat sulit bahkan sangat dibatasi kesempatannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di sisi lain, upaya untuk mendapatkan lapangan kerja sesuai dengan bidangnya itu nyatanya sangat terbatas. Lembaga pendidikan umun dimaksudkan agar lulusannhya siap untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangkan kesempatan belajar diperguruan tinggi sangat terbatas. Di sisi lain, kesempatan kerja bagi lulusan sekolah ini tetap terbatas, lagi pula mereka belum punya keterampilan kerja sebagaimana   yang diperlukan lapangan kerja tersebut.
      Jurang demikian itu, dapat menumbuhkan gejala social yang tidak diharapkan dan menumbuhkan konflik dalam masyarakat, yang dapat memberikan dampak yang tidak sehat bagi pertumbuhan masyarakat masa datang. Salah satu system yang dapat ditempuh adalah menyediakan wahana pendidikan yang lebih, yang berfungsi menyediakan kesempatan pendidikan bagi para pemuda, yang sekaligus menjembatani antara sekolah kejuruan dan sekolah umum (Hamalik, 1990:22).
1.      KONSEP PENDIDIKAN KEJURUAN
Suatu definisi yang dikemukakan oleh ‘House Committee on Education and Labour’ dalam buku “Pendidikan Tenaga Kerja” karangan oleh Oemar Hamalik (1990), menyatakan sebagai berikut:
“Pendidikan Kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikkan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagia latihan keterampilan.
Program kejuruan merupakan program pengembangan, bukan program terminal, mempersiapkan siswa kepada pilihan maksimal untuk melanjutkan studi atau mendapat pekerjaan”.
Berdasarkan rumusan tersebut, pendidikan kejuruan mengemban tiga fungsi pokok, yakni:
a.       Fungsi pengemban bakat, yang berarti memberikan pelayanan secara luas bagi para peminat yang ingin mengembangkan bakatdan minatnya yang terkait dengan bidang lapanagan kerja tertentu.
b.      Fungsi pendidikan dasar keterampilan dan kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja, yang berarti berusaha memberikan keterampilan-keterampilan dasar serta kebiasaan-kebiasaan yang diperlukan, yang terarah pada dunia kerja yang ada di masyarakat.
c.       Fungsi kepelatihan, yakni memberikan latihan keterampilan, baik bagi yang telah mulai berkembang bakatnya sesuai dengan pilihan berdasarkan minatnya masing-masing maupun bagi yang telah memperoleh pendidikan dasar keterampilan tertentu.

2.      KRITERIA PENDIDIKAN KEJURUAN YANG EFEKTIF
1). Pendidikan kejuruan harus mengembangkan standar input, yang terdiri dari:
a. Siswa           : harus mempunyai sikap, bakat dan kemampuan serta                                  motivasi untuk berhasil dalam program.
b. Guru            : harus mendapatkan latihan yang cukup, pengalaman dan                            pengetahuan teknologi serta cara mengajarkan keterampilan.
c. Alat              : harus sesuai dengan peralatan yang tersedia dilapangan                                          kerja.
d. Materi pelajaran      : harus lengkap dan memadai, misalnya buku                                     sumber, manual operasi, dan sebagainya.

2). Pendidikan kejuruan hendaknya mengembangkan standar output, yang terdiri dari:
a. Pengetahuan dan keterampilan lulusan
b. Penampilan (performance) dalam bidangnya
c. Kemampuan menyebarluaskannya pada masyarakat

3). Program pendidikan kejuruan hendaknya realistic dan berkaitan dengan pasaran kerja (teknik, industry, ekonomi, manajemen, dan sebagainya).

3.      PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN
Usaha pengembangan dilakukan oleh pemerintah melalui prosesur yang jelas dengan dukungan biaya yang memadai. Langkah-langkah pengembangan tersebut antara lain:
1)      Melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan dan bimbingan yang mengarah kepada perubahan-perubahan yang diharapkan.
2)      Menyediakan dana khusus bagi pendidikan kejuruan untuk memenuhi kebutuhan individu.
3)      Penyusunan program pendidikan kejuruan yang responsive terhadap usaha memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dan nasional.
4)      Penggunaan pembiayaan berdasarkan prinsip efisiensi dalam rangka pencapaian tujuan program, dan perencanaan evaluasi terhadap kompetensi berbagai jenjang sumber tenaga (prinsip produktivitas).



2.6 Tujuan pendidikan kejuruan dan implikasi pendidikan kewirausahaan
      Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 25 ayat 4 dinyatakan secara implisit bahwa lulusan (SMK) diharapkan dapat memenuhi standar kompotensi lulusan yang mencerminkan kemampuan lulusan dalam hal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Oleh karena itu, proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara aktif, interaktif, kreatif, menantang, menyenangkan, dan mandiri sesuai dengan potensi diri, perkembangan fisik, bakat dan minat, serta psikologis peserta didik.
      Fakta empirik menunjukkan bahwa sebagian besar lulusan SMK belum sesuai dengan kebutuhan atau tuntutan para pemangku kepentingan (stakeholders). Para lulusan cenderung sebagai “pencari kerja” dan belum banyak yang mampu bekerja “mandiri” untuk mengimpelemtasikan dan mengembangkan keterampilannya (survive skills). Di sisi lain, masih rendahnya etos kerja lulusan SMK dalam hal enterpreneurial mindset.
      Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan (Pasal 18, ayat 2). Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan bentuk satuan pendidikan umum, sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan menengah kejuruan. Penyelenggaraan SMA dimaksudkan untuk memberikan kompetensi akademik kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sebaliknya, SMK lebih menekankan pada penyiapan peserta didik untuk siap bekerja pada bidang tertentu. Penyelenggaraan SMK juga memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki persyaratan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan vokasi, profesi, maupun akademik (tujuan ganda). Namun demikian, pembelajaran SMK dengan tujuan ganda tidaklah mudah untuk dilaksanakan secara seimbang akan tetapi secara konseptual antara lain dapat diberikan melalui penguatan penambahan materi IPA (matematika, fisika, dan biologi) serta bahasa Inggris untuk membentuk kompetensi berpikir kritis dan analitis dan berekomunikasi (soft skills).
      Secara utuh, penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan berfungsi untuk: 1) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur; 2) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air; 3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 4) meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekpresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; 5) menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran jasmani maupun rohani; dan 6) meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi (PP No.17/2010).
      Selanjutnya, tujuan penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi insan yang: 1) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; 2) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; 3) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan 4) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab (PP No.17/2010).
      Dalam mempersiapkan lulusan SMK, pemberian materi di SMK lebih menekankan pada penguasaan keterampilan tertentu agar lebih siap bekerja dibidang tertentu. Dengan kata lain, bagi lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk menguasai keterampilan tertentu di bidang vokasi. Hal ini dapat dimaknai bahwa lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk bekerja dan/atau hidup mandiri di masyarakat. Hal ini sejalan dengan UUD Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa “Setiap Warga Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
      Pada waktu Prof. Dr. Ing Wardiman Joyonegoro sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa penerapan konsep keterkaitan dan kesepadanan (link and match) atau lebih dikenal dengan pendidikan sistem ganda (PSG) merupakan awal dari reformasi pendidikan kejuruan. Pola pendidikan kejuruan seperti ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan DUDI. Pendidikan kejuruan model ini lebih menekankan pada penguasaan kompetensi (hard and soft skills) untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh dunia kerja. Penyempurnaan penyelenggaraan sekolah kejuruan secara terus-menerus dilakukan seiring dengan perkembangan IPTEKS, yaitu antara lain melalui pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, di mana pencapaian kompetensi bagi para lulusannya dapat dibuktikan dengan uji sertifikasi. Pada saat ini Kementer ian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan dan mengimplementasikan konsep kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dengan KTSP ini diharapkan setiap satuan pendidikan dapat menyesuaikan program pendidikannya sesuai kebutuhan dan potensi sekolah/ daerah masing-masing dengan tetap mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP). Di samping itu, untuk membentuk kepribadian yang tangguh, telah diimplementasikan pendidikan karakter bangsa (nat ion character building) dan pendidikan kewirausahaan sebagai wujud dari konsep ekonomi kreatif.
      Implikasi pendidikan kewirausahaan di SMK pada hakikatnya telah dioperasionalisasikan atau dijabaran dalam kegiatan/program di SMK dan dari masa ke masa telah mengalami perubahan. Semenjak diimplementasikannya program “unit produksi” pada program studi/program keahlian telah menunjukkan bahwa peserta didik dikondisikan untuk lebih menguasai kompetensi dalam suatu pekerjaan tertentu dan sikap mandiri untuk bekerja.
      Sebagai contoh, pengembangan fasilitas di SMK program studi/keahlian Pariwisata / Sekretaris / manajemen, sekolah dilengkapi dengan “hotel mini” dengan berbagai fasilitas yang tersedia sesuai dengan kemampuan sekolah yang bersangkutan. Fasilitas tersebut dipergunakan sebagai wahana peserta didik bekerja dalam suasana yang sebenarnya. Fasilitas tersebut juga diberikan kepada masyarakat/publik yang memerlukannya. Di samping itu, tersedia pula fasilitas pelayanan publik lainnya seperti: penjualan tiket (ticketing); penjualan alat-alat tulis kantor (ATK); penjualan bahan-bahan untuk keperluan siswa, termasuk foto copy.
      Di bidang kerumahtanggaan, dikembangkan berbagai jasa layanan di bidang boga dan busana (roti/patiseri, kedai makanan dan minuman, penjualan busana dan jasa kecantikan. Di bidang teknologi, misalnya lebih banyak lagi unit produksi yang diberikan kepada masyarakat umum, antara lain seperti bidang otomotif (service otomotifve), perkayuan (furniture dan mebeller), permesinan untuk produksi mur dan baut dengan menggunakan mesin CNC, dan di bidang teknologi pertanian dengan berbagai jasa kerja sama dengan pihak DUDI.
      Penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan pada akhir-akhir ini oleh pihak Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan telah merencanakan kebijakan, yaitu dalam bentuk program sasaran strategis SMK untuk mempersiapkan para lulusannya siap bekerja melalui layanan pembinaan pengembangan kewirausahaan. Upaya dimaksud, antara lain berupa: 1) penyediaan sistem pembelajaran sesuai dengan SNP; 2) penyediaan dan peningkatan saran dan prasarana pendidikan SMK berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; 3) penyediaan bantuan pendanaan untuk meningkatkan keterjangkauan layanan SMK berkualitas yang merata di seluruh provinsi, kabupaten, dan kota; 4) penguatan sistem tata kelola di SMK, Direktorat Pembinaan SMK, dan institusi Pembina SMK lainnya (Direktorat Pembinaan SMK, 2010).
      Khususnya untuk mendukung program ekonomi kreatif, pada tahun 2010-2014 telah ditetapkan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, perlu merumuskan kebijakan pengintegrasian aspek yang menumbuhkan jiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha dalam pembelajaran di SMK antara lain melalui: 1) mengkaji dan merevisi kurikulum SMK agar lebih berorientasi pada pembentukan kreativitas dan kewirausahaan pada peserta didik sedini mungkin; 2) meningkatkan kualitas SMK yang mendukung penciptaan kreativitas dan kewirausahaan peserta didik; 3) menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan ekonomi kreatif antarpenyeleggara pendidikan; 4) meningkatkan jumlah dan perbaikan kualitas SMK yang mendukung penciptaan insan kreatif dalam pengembangan ekonomi kreatif; 5) menciptakan keterhubungan dan keterpaduan antarlulusan SMK yang terkait dengan kebutuhan pengembangan ekonomi kreatif; 6) mendorong para wirausahawan sukses untuk berbagi pengalaman dan keahlian di SMK dalam pengembangan ekonomi kreatif; dan 7) memfasilitasi pengembangan jejaring dan mendorong kerja sama antarinsan kreatif Indonesia di dalam dan di luar negeri (Direktorat Pembinaan SMK, 2010). Namun demikian, hal tersebut perlu ditangani secara serius dan sebagai bentuk program prioritas dalam jangka waktu tertentu dan dilakukan monitoring dan evaluasi secara bertahap dan berkesinambungan. Selain itu, perlu juga segera disusun pola/mekanisme kemitraan atau kerja sama yang saling mnguntungkan bagi SMK dan DUDI.

2.7 Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan lulusan berjiwa wirausaha
      Perguruan tinggi bidang kejuruan merupakan pencetak lulusan dengan berbekal ketrampilan khusus dan siap masuk ke dalam pasar kerja. Perguruan tinggi bidang kejuruan adalah tempat terbaik untuk melaksanakan pembangunan SDM, dan perguruan tinggi bidang kejuruan mempunyai
kurikulum berbasis kompetensi yang khusus untuk mempersiapkan menjadi lulusan yang memiliki keahlian sesuai dengan bidang tertentu serta dapat bersaing dalam pasar kerja. Fakta lapangan yang dijumpai
adalah bertambahnya pengangguran oleh para lulusan perguruan tinggi, dan resisten lulusan menciptakan lapangan pekerjaan melalui wirausaha, setidaknya terdapat tiga hal yang menghambat minat lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha adalah : pertama, persoalan mindset (pola pikir), karena banyak lulusan perguruan tinggi yang masih berpikir sebagai pencari kerja bukan mencipta lapangan kerja. Kedua, persoalan kurikulum kewirausahaan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari kurangnya perguruan tinggi yang menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan, jika ada kurikulumnya belum terintegrasi dengan baik. Ketiga, kurangnya kesungguhan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menciptakan inkubator baru pewirausaha dari kalangan mahasiswa (Motik, 2007).
      Wirausahawan sejati memiliki daya kreatif-inovatif, mereka adalah pencari peluang sepanjang masa, berani mengambil resiko yang terukur dan percaya bahwa pelayanan pelanggan adalah kunci keberhasilan. Pada tingkat perguruan tinggi, jika seorang pendidik menginginkan tumbuhnya sikap wirausaha pada peserta didiknya, seharusnya pendidik mengetahui bakat, keinginan, nilai serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk menumbuhkan sikap wirausaha mahasiswa. Mencetak wirausahawan di perguruan tinggi bidang kejuruan lebih mudah daripada universitas. Di perguruan tinggi bidang kejuruan, kurikulum yang disusun memberikan kompetensi kepada mahasiswa berupa ketrampilan khusus disertai dengan pendidikan wirausaha yang siap diaplikasikan dalam praktek wirausaha setelah lulus nanti. Para wirausahawan memiliki kemampuankemampuan tertentu yang dituangkan dalam sikap kepribadiannya.
      Menurut Meredith (2000), bahwa harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha adalah sikap positif, di samping itu tekad, pengalaman, ketekunan dan bekerja keras adalah syarat untuk menjadi wirausahawan yang berhasil. Wirausahawan yang berhasil adalah mereka yang menikmati pekerjaannya dan berdedikasi total terhadap apa yang mereka lakukan. Sikap mental positif inilah yang mengubah pekerjaan menjasi menyenangka, menarik dan member kepuasan, sehingga memberikan sumbangan besar dalam mencapai prestasi yang besar (Murniati, 2008).
Lebih lanjut Meredith (2000) menyatakan bahwa factor-faktor yang dapat mengembangkan
sikap mental positif adalah :
2.      Menggunakan pikiran secara produktif
3.      Menjauhi pikiran dan ide-ide negative
4.      Memilih sasaran yang positif
5.      Berani mengembangkan ide-ide dan sasaran yang positif
6.      Percaya diri atas kemampuan sendiri dan selalu berusaha meningkatkan kemampuan diri
7.      Hilangkan beban mental dan berorientasi pada tindakan-tindakan positif
      Menurut Inkeles dan Smith (1974) yang dikutip dalam jurnal “Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan Lulusan Berjiwa Wirausaha karangan Henny N. Tambingon, sikap wirausahawan tercermin dalam cirri-ciri manusia modern yang berkualitas seperti :
1. Terbuka terhadap pengalaman baru
2. Selalu membaca perubahan sosial
3. Lebih realistis terhadap fakta dan pendapat
4. Berorientasi pada masa depan
5. Berencana
6. Percaya diri
7. Memiliki aspirasi
8. Berpendidikan dan mempunyai keahlian
      Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi ke depan dan apa yang hendak ia lakukan, apa yang ingin dicapai. Faktor usaha yang didirikan bukan untuk sementara waktu tetapi untuk selamanya, oleh sebab itu factor kontinuitas dan orientasi ke masa depan harus dijaga agar pandangan tetap diarahkan ke masa depan. Untuk menghadapi tantangan ke depan seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang
akan dilaksanakannya.
      Ada tujuh ciri menurut Fadel Muhammad (1992) yang dikutip dalam jurnal Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan Lulusan Berjiwa Wirausaha” karangan Henny N. Tambingon, yang merupakan identitas yang melekat pada diri seorang wirausaha yaitu :
Pertama, Kepemimpinan. Ini adalah faktor kunci bagi seorang wirausaha. Dengan keunggulan di bidang kepemimpinan, maka seorang wirausaha akan sangat memperhatikan orientasi pada sasaran, hubungan kerja/personal dan efektivitas. Pemimpin yang berorientasi pada ketiga faktor tersebut,
senantiasa tampil hangat, mendorong pengembangan karier stafnya, disenangi bawahan, dan selalu
ingat pada sasaran yang hendak dicapai.
Kedua, Inovasi. Inovasi selalu membawa perkembangan dan perubahan ekonomi. Seorang wirausaha sebagai inovator harus merasakan gerakan ekonomi di masyarakat, dan persoalan-persoalan yang muncul dari gerakan ekonomi tersebut selalu diantisipasinya dengan penggunaan inovasi.
Ketiga, Pengambilan Keputusan. Orang-orang yang dapat memecahkan masalah secara kreatif sadar bahwa itulah yang mendorong bekernya intuisi dan inisiatif seorang wirausaha yang seakan-akan memiliki indra keenam.
Keempat, bersikap tanggap Terhadap Perubahan. Sikap tanggap harus dimiliki oleh seorang wirausahawa terhadap perubahan relative lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain. Setiap perubahan oleh seorang wirausaha dianggap mengandung peluang yang merupakan masukan dan rujukan terhadap pengambilan keputusan.
Kelima, Bekerja Ekonomis dan Efisien. Seorang wirausaha melakukan kegiatannya dengan gaya yang smart (cerdas, pintar dan bijak) dan bukan bergaya seperti mandor. Ia bekerja keras, ekonomis dan efisien guna mencapai hasil maksimal.
Keenam, Visi Masa depan. Visi ibarat benang merah yang tidak terlihat yang ditarik sejak awal keadaan yang terakhir. Visi pada hakekatnya merupakan pencerminan komitmen-kompetensikonsistensi.
Ketujuh, Sikap Terhadap Resiko. Seorang wirausaha adalah penentu resiko dan bukan sebagai penanggung resiko.
      Selama beberapa tahun terakhir ini di Sulawesi Utara minat untuk menjadi PNS lebih besar daripada berwirausaha. Hal ini terjadi karena kurangnya keahlian atau ketrampilan yang dimiliki lulusan sehingga tidak berminat untuk menciptakan lapangan kerja. Lulusan pendidikan kejuruan dari perguruan tinggi mungkin tidak akan ada yang menjadi pengangguran, karena dengan berbekal ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya selama studi dia dapat menciptakan lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri melalui wirausaha.
      Potensi wirausaha yang dapat dirintis oleh lulusan perguruan tinggi khusus bidang pendidikan dan kejuruan, seperti jurusan PKK lebih khusus dalam bidang tata boga. Selama masa pendidikan mahasiswa telah diberikan sederet matakuliah kejuruan seperti catering, pembuatan roti dan kue-kue, café/kantin. Matakuliah ini selepas lulus dari perguruan tinggi, maka seorang lulusan dapat
mengembangkan hasil yang dia peroleh dalam mata kuliah untuk dialihkan menjadi peluang berwirausaha. Semua potensi wirausaha yang dikemukakan di atas adalah ilmu yang diperolehnya selama studi di jurusan PKK.
Seorang wirausaha memiliki sikap dan prilaku tertentu yang teridentifikasi, diantaranya :
1.Yakin terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2.Memiliki perilaku mandiri dan optomis terhadap usaha yang dilakukan
3.Menganggap prestasi adalah bagian dari hidup, tekad kerja keras, penuh inisiatif, dan energik
4.Berani mengambil resiko yang diperhitungkan
5.Dapat bergaul dengan orang lain dan tanggap terhadap saran dan kritik
6.Mengetahui banyak tentang bidang usaha dan inovatif
7.Berpandangan ke depan

2.8 Cara pemberdayaan masyarakat dan DUDI akibat dari pendidikan kejuruan
      Dari tahun ke tahun kontribusi DUDI dalam pengembangan pendidikan kejuruan masih rendah (Direktorat Pembinaan SMK, 2010). Hal ini lebih disebabkan belum adanya pola kemitraan antara dunia pendidikan dengan DUDI dan masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa pendidikan kejuruan tidak dapat berdiri sendiri dan lepas dari keterkaitan dengan DUDI. Meskipun demikian, telah mulai dirasakan hasil kemitraan SMK dengan DUDI sepuluh tahun terakhir ini, antara lain seperti perakitan komputer (laptop) merek “Zyrex” di beberapa lokasi SMK. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cibinong dengan beragam komponen mikroskop hingga otomotif, dan akhir-akhir ini adanya produk mobil “esemka” di Solo Surakarta, serta perakitan pesawat terbang oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 29 Jakarta. Hal ini menunjukkan adanya hasil nyata bahwa spirit SMK melalui jargon atau motto “Bersama SMK Bisa” mulai menjadi kenyataan.
      Untuk menciptakan hubungan yang dapat menimbulkan mutual simbiosis, mutual understanding, dan mutual benefit dan/atau sinergitas jejaring kerja, Direktorat Pembinaan SMK telah merumuskan kebijakan strategis, yaitu: 1) pembentukan sistem yang mengatur kemitraan strategis dengan DUDI untuk meningkatkan relevansi lulusan SMK dengan kebutuhan DUDI; 2) optimalisasi pemanfaatan dana CSR (Coorporate Social Responsibility) dari perusahaan multy national cooperation untuk peningkatan dan pengembangan bidang pendidikan; 3) pembentukan sistem yang mengatur kemitraan sinergis dengan organisasi kemasyarakatan (misalnya dengan organisasi profesi dalam merumuskan sertifikasi profesi); 4) membangun mekanisme kemitraan antara Direktorat Pembinaan SMK dengan pelaku usaha untuk mengembangkan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas; 5) mendorong pihak swasta untuk membangun lembaga pendidikan dan pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan SDM; dan 6) pemanfaatan potensi yang ada di masyarakat dan di DUDI untuk peningkatan kualitas pendidikan pada SMK (Direktorat Pembinaan SMK, 2010). Sekalipun demikian, tanpa adanya rambu-rambu atau pedoman pola kerja sama yang disepakati bersama antara SMK dengan DUDI akan menjadi salah satu kendala dalam membangun jejaring kerja, khususnya untuk melaksanakan pendidikan kewirausahaan.
      Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mampu berdaya saing pada tingkat regional, nasional, dan bahkan internasional (global) serta relevan dengan kebutuhan masyarakat, sistem pendidikan SMK secara minimal mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) sesuai dengan PP Nomor 19/2005. SNP merupakan kriteria minimal tentang sistim pendidikan di seluruh wilayah hukum NKRI. Melalui SNP diharapkan penyelenggaraan pendidikan SMK dapat terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan perubahan kehidupan regional, nasional,  dan global, sehingga mutu pendidikan SMK dapat terjamin. Setiap SMK dapat mengembangkan pendidikan dan pembelajarannya secara lebih optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan program keahlian. Dengan kata lain, setiap SMK diberi keleluasaan untuk mengoptimalkan pembelajaran peserta didiknya sesuai dengan bakat dan minat, karakteristik sekolah, potensi daerah, dan kekhasan program keahlian yang tidak harus sama dengan SMK di daerah lain.
      Namun demikian, penyelenggaraan SMK sudah menjadi keniscayaan untuk dilaksanakan dengan pendekatan filosofi link and match (keterkaitan dan kesepadanan) antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang diajarkan di masyarakat dan di DUDI sekalipun hal ini memerlukan waktu dan pranata yang terus dikembangkan dan diperbaiiki secara bertahap dan berkesinambungan, terutama dalam hal pola/mekanisme kemitraannya. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Mendikbud M. Nuh, dengan istilah “pisau segitiga” dimana dalam operasionalisasi penyelenggaraan pendidikan (termasuk SMK) dirasa perlu melakukan sharing (berbagi) sarana prasarana pembelajaran (termasuk TIK), tenaga pendidik, dan kolaborasi pengelolaan antara pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat profesi dengan DUDI (Rembuknas, 2012). Agar lulusan SMK memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan DUDI maka partisipasi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) terhadap penyelenggaraan SMK sudah menjadi keniscayaan dan tidak dapat diabaikan.

BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
1.      Pendidikan kejuruan merupakan program pendidikan yang mempersiapkan orang-orang untuk memasuki dunia kerja, baik yang bersifat formal maupun nonformal.
2.      Pendidikan Kejuruan adalah suatu bentuk pengembangan bakat, pendidikkan dasar keterampilan dan kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagia latihan keterampilan.
3.      Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (kreatif dan inovatif).
4.      Seorang wirausaha harus memiliki sifat seperti berikut : a) percaya diri, b) berorientasi tugas dan hasil, c) pengambil resiko, d) kepepimpinan, e) keorisinilan, f) berorientasi ke masa depan.
5.      Pengembangan strategi manajemen sekolah yang mengandung muatan entrepreneurial adalah citra sekolah yang terkesan maju dan bermutu, serta pihak-pihak yang terlibat di dalamnya memperoleh tingkat kesejahteraan dan keuntungan finansial yang mencukupi.
6.      Program pendidikan kejuruan hendaknya realistic dan berkaitan dengan pasaran kerja (teknik, industry, ekonomi, manajemen, dan sebagainya).
7.      Terdapat tiga hal yang menghambat minat lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha adalah : pertama, persoalan mindset (pola pikir). Kedua, persoalan kurikulum kewirausahaan yang belum memadai secara kuantitas dan kualitas. Ketiga, kurangnya kesungguhan dari pemerintah baik pusat maupun daerah dalam menciptakan inkubator baru pewirausaha dari kalangan mahasiswa.
8.      SMK dapat mengembangkan pendidikan dan pembelajarannya secara lebih optimal sesuai dengan karakteristik dan kekhasan program keahlian.
3.2  SARAN
1.      Agar lulusan SMK memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan DUDI maka partisipasi dunia usaha dan dunia industri (DUDI) terhadap penyelenggaraan SMK sudah menjadi keniscayaan dan tidak dapat diabaikan.
2.      setiap SMK diberi keleluasaan untuk mengoptimalkan pembelajaran peserta didiknya sesuai dengan bakat dan minat, karakteristik sekolah, potensi daerah, dan kekhasan program keahlian yang tidak harus sama dengan SMK di daerah lain.
3.      Untuk menghadapi tantangan ke depan seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan strategi yang matang, agar jelas langkah-langkah yang
akan dilaksanakannya.
4.       Seorang kepala sekolah yang berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki keberanian, berjiwa kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja yang mandiri.
5.      Perlu juga segera disusun pola/mekanisme kemitraan atau kerja sama yang saling mnguntungkan bagi SMK dan DUDI.





DAFTAR RUJUKAN

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor: 20 Tahun 2003            Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas, Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor:19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Depdiknas, Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor: 17 Tahun             2010 tentang             Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Kemdiknas, Jakarta.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. 2010. Kebijakan Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Kemdiknas, Jakarta.
Hamalik, Oemar. 1990. Pendidikan Tenaga Kerja Nasional: Kejuruan,       Kewiraswastaan dan   Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Henny, N. Tambingon. Peran Pendidikan Kejuruan Dalam Menyiapkan Lulusan   Berjiwa Wirausaha.             Seminar Internasional, ISSN 1907-2066.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Rembuk Nasional Pendidikan dan         Kebudayaan,             Kemdikbud, Jakarta.
Meredith G.M., 2000. Kewirausahaan : Teori dan Praktek. Jakarta PT.Pustaka      Binamandiri Pressindo.
Murniati D.E., 2008. Mempersiapkan young Entrepreneurs Terdidik dan Trampil   Melalui Pendidikan Bisnis. Prosiding Proseding Seminar Internasional   Optimasi Pendidikan Kejuruan dalam Pembangunan SDM Nasional.         Padang.
Motik, SS. 2007. Penyebab Kegagalan Pendidikan Kewirausahaan.
Soemanto, Wasty. 1984. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara .
Suryana. (2003). Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat, Dan Proses Menuju      Sukses. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat.
Tim Dosen Administrasi pendidikan UPI. 2008. Manajemen Pendidikan Kejuruan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar