LAPORAN
PRAKTIKUM LAB PTE 02
PERCOBAAN 5
RANGKAIAN PENGKONDISI SINYAL
NAMA : SISKA DWI AMBARWATI
NIM :
140534603377
TGL PRAKTIKUM : 13 Maret 2015
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1TUJUAN
1.1.1
Mahasiswa
dapat merancang rangkain pengkondisi sinyal
1.1.2
Mahasiswa dapat merangkai rangkaian pengkondisi sinyal
1.1.3
Mahasiswa
dapat menganalisa rangkaian pengkondisi sinyal
1.1.4
Mahasiswa
dapat mengetahui prinsip kerja, cara kerja serta karakteristik pengkondisi
sinyal
1.1.5
Mahasiswa
dapat mengetahui komponen-komponen yang dibutuhkan dalam rangkaian pengkondisi
sinyal
1.2DASAR TEORI
1.2.1
OPERASIONAL
AMPLIFIER
Penguat operasional (Op Amp) adalah suatu rangkaian terintegrasi
yang berisi beberapa tingkat dan konfigurasi penguat diferensial yang telah
dijelaskan di atas. Penguat operasional memilki dua masukan dan satu keluaran
serta memiliki penguatan DC yang tinggi. Untuk dapat bekerja dengan baik,
penguat operasional memerlukan tegangan catu yang simetris yaitu tegangan yang
berharga positif (+V) dan tegangan yang berharga negatif (-V) terhadap tanah (ground).
Berikut ini adalah simbol dari penguat operasional:

Gb. 1 Operational
Amplifier
Kelebihan penguat operasional (op amp):
1.
Impedansi input yang tinggi sehingga tidak
membebani penguat sebelumnya.
2.
Impedansi output yang rendah sehingga tetap stabil
walau dibebani oleh rangkaian selanjutnya.
3.
Lebar pita (bandwidth) yang lebar sehingga dapat
dipakai pada semua jalur frekuensi audio (woofer, midle, dan tweeter)
4.
Adanya fasilitas offset null sehingga memudahkan
pengaturan bias penguat agar tepat dititik tengah sinyal.
Bagian-bagian dalam Op amp :
1.
Penguat Differensial,
yaitu merupakan bagian input dari Op amp. penguat differensial mempunyai dua
input (input + dan input -)
2.
Penguat Penyangga (Buffer),
yaitu penguat penyangga sinyal output dari penguat differensial agar siap untuk
dimasukkan ke penguat akhir op amp.
3.
Pengatur Bias, yaitu rangkian pengatur bias
dari penguat differensial dan buffer agar diperoleh kestabilan titik nol pada
output penguat akhir
4.
Penguat Akhir, yaitu penguat yang merupakan
bagian output dari Op amp. Penguat Akhir ini biasanya menggunakan konfigurasi
push-pull kelas B atau kelas AB.
1.2.2
Karakteristik Ideal
Penguat Operasional
Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi,
impedansi masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain
sebagainya. Berikut ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
-
Penguatan tegangan lingkar
terbuka (open-loop voltage gain) AVOL = -¥
-
Tegangan ofset keluaran (output
offset voltage) VOO = 0
-
Hambatan masukan (input
resistance) RI = ¥
-
Lebar pita (band width)
BW = ¥
-
Waktu tanggapan (respon
time) = 0 detik
-
Karakteristik tidak berubah
dengan suhu
1.2.3
Spesifikasi-Spesifikasi
Op Amp
Ada
karakteristik-karakteristik lain dari op amp dibandingkan yang diberikan
dalam bagian sebelumnya yang masuk dalam aplikasi desain. Karakteristik-karakteristik
ini diberikan dalam spesifikasi untuk op amp khusus bersama dengan gain open
loop dan impedansi input dan output yang dijelaskan sebelumnya. Beberapa
karakteristik tersebut adalah:
·
Tegangan
offset input. Dalam banyak kasus, tegangan output op amp tidak boleh nol ketika
tegangan pada input adalah nol. Tegangan yang harus diterapkan dalam terminal
input untuk menggerakkan output ke nol adalah tegangan offset input.
·
Arus
offset input. Seperti tegangan offset bisa diperlukan melalui input untuk
men-zero-kan tegangan output, sehingga arus jala bisa diperlukan melalui input
untuk men-zero-kan tegangan output. Arus yang demikian dijadikan acuan sebagai
arus offset input. Ini diambil sebagai perbedaan dua arus input.
·
Arus
bias input. Ini adalah rata-rata dari dua arus input yang diperlukan untuk
menggerakkan tegangan output ke nol.
·
Slew
rate. Jika tegangan diterapkan dengan cepat ke input dari op amp, output akan
saturasi ke maksimum. Untuk input step slew rate adalah kecepatan dimana output
berubah ke nilai saturasi. Ini khususnya dinyatakan sebagai tegangan per
mikrosecond (V/μs).
·
Bandwith
frekuensi gain satuan. Respons frekuensi dari op amp khusus disefinisikan
dengan bode plot dari gain tegangan open loop dengan frekuensi. Plot seperti
ini sangat penting untuk rancangan rangkaian yang berhubungan dengan sinyal
a-c. Adalah diluar jangkauan dari tulisan ini untuk menjelaskan detail dari
desain seperti ini yang memakai bode plot.
1.2.4
PENGKONDISI SINYAL
Pengkondisi sinyal
digunakan untuk menggunakan sinyal keluaran dari sensor sehingga dapat diolah
dengan baik dan benar pada tahap berikutnya seperti rangkaian ADC,
mikrokontroler, moving coil atau yang lainnya. Pengkondisi sinyal
merupakan istilah umum yang digunakan dalam sistem instrumentasi, dan pada
prakteknya pengkondisi sinyal dapat berupa rangkaian penguat, penjumlah,
pengurang, differensiator, integral, filter dan lain-lain, serta bisa juga berupa
rangkaian gabungan dari 2, 3 atau lebih rangkaian-rangkaian tersebut.
1.2.5
PENGUAT NON INVERTING
Penguat
Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat sinyal dengan
karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama dengan
sinyal input. Penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) dapat dibangun
menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional memang didesain
untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik. Rangkain penguat
tak-membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun DC dengan
keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan dari
rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) berharga sangat tinggi
dengan nilai impedansi sekitar 100 MOhm.

Gb. 2 Penguat
Non-Inverting
Gambar di
atas adalah gambar sebuah penguat non inverting. Penguat tersebut
dinamakan penguat noninverting karena masukan dari penguat tersebut adalah
masukan noninverting dari Op Amp. Sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa
dengan sinyal keluarannya. Adapun besar penguatan dari penguat ini dapat
dihitung dengan rumus:
AV =
(R1+R2)/R1
AV =
1 + R2/R1
Sehingga :
VO =1+(R2/R1) Vid
Untuk membuktikan bahwa penguat
tak-membalik akan menguatkan sinyal input sebesar 2 kali dengan fasa yang sama
dengan sinyal input. Dapat dibuktikan dengan memberikan sinyal input berupa
sinyal AC (sinusoidal) dan mengukurnya menggunakan oscilocope, dimana sinyal
input diukur melalui chanel 1 osciloscope dan sinyal output diukur dengan
chanel 2 osciloscope. Sehingga diperoleh bentuk sinyal output dan sinyal input
penguat tak-membalik (non-inverting amplifier).
Bentuk Sinyal Input Dan Output Penguat
Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier) output non-inverting amplifier,output
penguat tak membalik,perbandingan input output penguat tak membalik,grafik
output non-inverting amplifier,bentuk output non inverting amplifier,input
output penguat tak membalik, rangkaian penguat tak membalik diberikan inpul
sinyal AC dengan tegangan 1 Vpp.
1.2.6
PENGUAT INVERTING
Sinyal masukan dari penguat jenis ini diterapkan pada masukan
inverting dari Op Amp, yaitu masukan dengan tanda “-“. Sinyal masukan dari
pengaut inverting berbeda fasa sebesar 1800 dengan sinyal
keluarannya. Jadi jiak ada masukan positif, maka keluarannya adalah negatif.
Berikut ini adalah skema dari penguat inverting:

Gb. 3 Penguat Inverting
Penguatan dari penguat di
atas dapat dihitung dengan rumus:
AV = - R2/R1
Sehingga: VO = - (R2/R1) Vid
Suatu contoh IC
berisi op-amp adalah IC 741, lihat gambar 5.

Gb. 4 IC 741
Fungsi dari masing-masing pin pada IC tersebut adalah sebagai berikut :
pin 1 : offset nol
pin 2 : masukan inverting
pin 3 : masukan non-inverting
pin 4 : sumber tegangan (VCC = -15 V)
pin 5 : offset nol
pin 6 : keluaran
pin 7 : sumber tegangan (VCC = +15V)
pin 8 : tidak dipakai
pin 1 : offset nol
pin 2 : masukan inverting
pin 3 : masukan non-inverting
pin 4 : sumber tegangan (VCC = -15 V)
pin 5 : offset nol
pin 6 : keluaran
pin 7 : sumber tegangan (VCC = +15V)
pin 8 : tidak dipakai
1.2.7
LDR
(Light Dependent Resistor)
LDR atau Light Dependent Resistor
adalah jenis resistor yang
memiliki nilai resistansi yang tidak tetap. Artinya nilai tahanan/resistansi
komponen ini dapat berubah-ubah. Perubahan nilai resistansinya tergantung dari kuat lemahnya cahaya yang dia terima,
makanya dinamakan Light Dependent Resistor atau resistor yang bergantung pada
cahaya.
Pada keadaan gelap tanpa cahaya sama sekali, LDR memiliki nilai resistansi yang
besar (sekitar beberapa Mega ohm). Nilai resistansinya ini akan semakin kecil
jika cahaya yang jatuh ke permukaannya semakin terang. Pada keadaan terang
benderang (siang hari) nilai resistansinya dapat mengecil hingga beberapa ohm
saja (hampir seperti konduktor).
Dengan sifat LDR yang demikian maka LDR biasa digunakan sebagai sensor cahaya.
Contoh penggunaannya adalah pada lampu taman dan lampu di jalan yang bisa
menyala di malam hari dan padam di siang hari secara otomatis.
1.2.8
Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai
penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat
dari sirkuit sumber listriknya. Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal.
Tegangan atau arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih
besar yang melalui 2 terminal lainnya.
Transistor PNP
Transistor PNP terdiri dari selapis semikonduktor tipe-n diantara dua
lapis semikonduktor tipe-p. Arus kecil yang meninggalkan basis pada moda
tunggal emitor dikuatkan pada keluaran kolektor. Dengan kata lain, transistor
PNP hidup ketika basis lebih rendah daripada emitor. Tanda panah pada simbol
diletakkan pada emitor dan menunjuk kedalam.
1.2.9
Resistor
Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang
didesain untuk menahanarus listrik dengan memproduksi penurunan tegangan diantara kedua
salurannya sesuai dengan arus yang mengalirinya, berdasarkan hukum Ohm.
Resistor digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik, dan merupakan salah satu
komponen yang paling sering digunakan. Resistor dapat dibuat dari
bermacam-macam kompon dan film, bahkan kawat resistansi (kawat yang dibuat dari
paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium).
Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya
listrik yang dapat diboroskan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, desah listrik,
dan induktansi.
Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak, bahkan sirkuit
terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit, resistor
harus cukup besar secara fisik agar tidak menjadi terlalu panas saat
memboroskan daya.
Karakteristik
resistor
Karakteristik utama dari resistor
adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan. Karakteristik lain
termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan induktansi.
Fungsinya :
Fungsinya :
·
Menghambat arus listrik.
·
Pembagi tegangan.
·
Pengatur volume (potensiometer).
·
Pengatur kecepatan motor (rheostat).
·
Dll tergantung disain komponen.
BAB II
PERANCANGAN
ALAT
2.1 DATA
SHEET
1.
Data sheet sensor
2.
Data sheet IC LM741
3.
Data sheer TIP 42
3.2 BAGAN
ALAT INPUT DAN OUTPUT PENGKONDISI SINYAL
3.3 ANALISA
PERHITUNGAN
1) Output
Sensor 0,06 – 0.4
2) Output
Motor/Rangkaian 7 - 12 V
Vout =
m.Vin + Voffset
12 V = m. 0,4 +
Voffset
7 V = m. 0,06 + Voffset
![]() |
|||
![]() |
5
V = m. 0,34 V
m =
= 14,7 V.

Mencari Voffset
12 V =
m. 0,4 + Voffset
12
V = 14,7 . 0,4 + Voffset
12
V = 4,88 + Voffset
Voffset =
12 – 4,88
= 6,12 V
Menentukan nilai R1, R2, R3 dan R4:
Vout = (
+1) Vin



R2
= 13,7 . R1
Misal
R1 = 180 ohm, Maka
R2
= 13,7 . 180
R2
= 2,466 K Ω
≈ 2,4KΩ
Voff = (
)(
V


6,12
= - 0,0137 . (
12

6,12
= - 0,1644 . (

-37,2
= (

-37,2R3
– 37,2R4 = R3
R4
= 1,027R3
Misal
R3 = 560 Ω, maka:
R4
= 1,027 . 560
R4 = 575,12 Ω
·
Karena saya hanya memakai 3 resistor,
maka R4 tidak digunakan.
Ø Jadi
dari perhitungan diatas, maka didapatkan nilai resistor sebagai berikut:
·
R1 = 180 Ω
·
R2
= 2,4 K Ω
·
R3 = 560 Ω
·
R4 = 575,12 Ω
3.4
SIMULASI
1.
Gambar rangkaian
Gb. 1.1 gambar rangkaian
2.
Gambar arus rangkaian
Gb. 2.1 Arus Rangkaian
3.
Gambar Layout PCB
Gb. 3.1
Layout PCB
4.
Gambar
Layout tampak atas
Gb. 4.1 Layout tampak atas
BAB III
Langkah Pembuatan
Alat
3.1 Alat dan Bahan:
A.
PCB
B.
Solder
C.
Bor PCB
D.
FeCl
E.
Tissue
F.
Amplas
G.
Sabun
cair
H.
Penyedot
timah
I.
Bensin
J.
Setrika
K.
Simulator Circuit Wizzard
L.
Socket
IC 1buah
M.
Resistor 560Ohm 3buah
N.
Resistor 180hm 1buah
O.
Resistor 2,4 kOhm 1buah
P.
Transistor
PNP 42 1
buah
Q.
FAN
12V DC 1
buah
R.
Op amp lm741 2buah
S.
Hider
pager
T.
Terminal
block 3 pin
U.
Jumper
V.
Kabel
pelangi
W.
Obeng (+/-)
3.2
Langkah
Langkah Kerja:
1. Menentukan
sensor dan perangkat yang akan digunakan.
2. Mengkonversi
tegangan output dari sensor ke tegangan input perangkat menggunakan rumus
pengkondisi sinyal, Vout=m.Vin+Voffset.
3. Merancang
rangkaian non-inverting atau inverting dari rumus pengkondisi sinyal. Jika ada
Voffset, menggunakan penguat penambah.
4. Setelah
rangkain sudah dirancang, rangakaian disimulasikan menggunakan circuit wizzard.
5. Setelah rangkaian yang disimulasikan sudah
sesuai dengan Vout pengkondisi sinyal, rangkaian di convert ke PCB layout.
6. Print
hasil layout pada kertas glossy krungkut dengan printer laser jet.
7. Bersihkan
PCB terlebih dahulu dengan kertas gosok yang halus.
8. Kemudian
keringkan dengan tisu dan bersihkan kembali dengan bensin atau minyak tanah.
9. Tempelkan
layout yang jadi pada PCB kemudian setrika hingga benar – benar menempel.
10. Setelah
dirasa cukup menempel, diamkan PCB sebentar sampai dingin atau suhu turun.
11. Jika
sudah dingin atau suhu turun, gosok PCB dengan tangan sampai kertas mengelupas.
Jangan terlalu keras saat menggosok.
12. Cek
kembali apakah sirkuit tidak ada yang putus, jika ada tebali dengan spidol
waterproof agar saat dilarutkan dalam larutan FeCl3 tidak ikut
terlarut.
13. Celupkan
ke dalam larutan FeCl3 dan goyang – goyang wadah yang digunakan
untuk proses pelarutan agar tembaga yang tersisa terlarut dalam larutan
tersebut.
14. Sekitar
10 – 15 menit lihat apakah tembaga sudah larut apa belum. Jika sudah, ambil PCB
tersebut dan keringkan dengan lap atau tisu.
15. Bor
lubang pada sirkuit yang sudah ditentukan untuk menempatkan setiap komponen.
16. Setelah
semua lubang telah dibor, pasang setiap komponen.
17. Pasang
kaki – kaki komponen sesuai dengan kaki – kaki komponen pada datasheet,
menghindari kesalahan dalam pemasangan.
18. Pasang
komponen dari yang paling pendek dari pcb, agar saat menyolder komponen tidak
lepas/turun, agar komponen rapi pemasangannya.
19. Solder
kaki komponen dengan solder dan timah, jangan terlalu lama agar tidak merusak
komponen, karena ada beberapa komponen yang terkadang dapat rusak bila
penyolderannya terlalu panas.
20. Setelah
semua kaki sudah disolder dengan baik, cek kesambungan tiap kaki dengan kaki
lainnya, apakah ada timah yang terlalu banyak sampai menyambung ke kaki yang
lain atau jalur yang lain yang seharusnya tidak menyambung, dan begitupun
sebaliknya.
21. Setelah
terpasang dengan baik, pengkondisi sinyal siap diuji.
Cara
Pengujian :
a.
Siapkan multimeter.
b.
Aktifkan sakelar DC.
c.
Putar sakelar, putar pada tegangan
tertentu, kemudian ukur tegangan pada terminal dengan menggunakan mutimeter.
d.
Jika tegangannya sampai pada 12 volt
berarti rangkaian pengkondisi sinyal yang dibuat telah berhasil.
3.3Gambar
rangkaian
1.
Rangkaian
tampak atas

Gb. 3.1 rangkaian tampak atas
2.
Hasil
tengangan output

Gb. 3.2 tegangan output
3.
Tegangan
output sensor

Gb.
3.3 tegangan output sensor
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 ANALISA SIMULASI
Gambar 4.1 rangkaian pengondisi sinyal dan jalan arusnya
Seperti gambar diatas,
rangkaian tersebut menggunakan sensor cahaya yang memiliki output sebesar 0.06
– 0.4. untuk tegngan inputan dari power supply menggunakan 12 volt. Rangkaian
ini menggunakan IC LM 741 dan menggunakan transistor TIP 42 sebagai saklar.
Rangkaian diatas merupakan penguat non inverting dimana inputannya ada di
positif
Sebelum merangkai
rangkaian pengondisi sinyal ini terlebih dahulu kita harus membuat perhitungan
simulasi rangkaian untuk menentukan besarnya R1, R2, R3, dan R4 dengan
menggunakan rumus. Dari hasil analisa tersebut didapat :
R1 = 180 ohm
R2 = 2,4 kohm
R3 = 560
ohm
R4 = 575,12 ohm
Besarnya nilai resistor
tersebut berpengaruh pada output pada rangkaian, yaitu jika R1 lebih kecil dari
R2 maka tengangan output akan tinggi, namun sebaliknya jika R1 lebih kecil dari
R2 maka tegangan output akan rendah. Nilai R3 berpengaruh pada nilai tegangan
outputnya. Jika nilai R3 semakin besar, maka nilai tegangan outputnya semakin
kecil, begitu juga sebaliknya. Jika nilai R3 semakin kecil, maka nilai tegangan
outputnya semakin besar.
Arus mengalir dari V1 lalu masuk ke
op-amp. Setelah masuk ke op-amp arus terbagi 2 yaitu masuk R2 dan arus yang mengalir ke output. Setelah
dari R2 arus feedback ke R1. V2 masuk ke transistor. Transistor yang digunakan hanya sebagai saklar. Jika tegangan
input sensor adalah 0 volt, maka FAN akan berputar. Jika tegangan sensor
semakin besar maka FAN tidak berputar.
Berdasarkan analisa, saya
menginginkan output pada rangkaian ini sebesar 7-12 volt untuk dapat
menggerakkan FAN yang tegangannya 12 volt. Hasil pada simulasi circuit wizard
menunjukkan hasil tegangan output berkisar antara 7-12 volt.
Tetapi pada rangkaian
yang sebenarnya hasil yang didapat tidak sama dengan hasil analisa dan
perhitungan, yaitu sebesar 3,471 volt, perbedaannya cukup jauh. Ada beberapa
kemungkinan yang menyebabkan hasil yang didapt berbeda, antara lain:
1. Human error, karena kurang teliti dalam analisa
perhitungan dan pemasangan komponen
2.
Alat yang
digunakan
Misalnya, menggunakan power supply yang tidak
dalam keadaan baik, salah menggunakan power supply,dan power supply yang tidak
simetris.
4.2
ANALISA
PERHITUNGAN
Output Sensor 0,06 – 0.4
Output Motor/Rangkaian
7 - 12 V
Vout =
m.Vin + Voffset
12 V = m. 0,4 +
Voffset
7 V = m. 0,06 + Voffset
![]() |
|||
![]() |
5
V = m. 0,34 V
m = 14,7 V.
Mencari Voffset
12 V =
m. 0,4 + Voffset
12
V = 14,7 . 0,4 + Voffset
12
V = 4,88 + Voffset
Voffset =
12 – 4,88
= 6,12 V
Menentukan nilai R1, R2, R3 dan R4:
Vout = (
+1) Vin



R2
= 13,7 . R1
Misal
R1 = 180 ohm, Maka
R2
= 13,7 . 180
R2
= 2,466 K Ω
≈ 2,4KΩ
Voff = (
)(
V


6,12
= - 0,0137 . (
12

6,12
= - 0,1644 . (

-37,2
= (

-37,2R3
– 37,2R4 = R3
R4
= 1,027R3
Misal
R3 = 560 Ω, maka:
R4
= 1,027 . 560
R4 = 575,12 Ω
·
Karena saya hanya memakai 3 resistor,
maka R4 tidak digunakan.
Ø Jadi
dari perhitungan diatas, maka didapatkan nilai resistor sebagai berikut:
·
R1 = 180 Ω
·
R2
= 2,4 K Ω
·
R3 = 560 Ω
·
R4 = 575,12 Ω
BAB V
PENUTUP
5.1
KESIMPULAN
1)
Rangkaian pengkondisi sinyal merupakan
rangkaian untuk mengubah level tegangan sesuai dengan yang kita inginkan.
2)
Pengkondisi
sinyal digunakan untuk menggunakan sinyal keluaran dari sensor sehingga dapat
diolah dengan baik dan benar pada tahap berikutnya.
3)
Besarnya
R1 dan R2 mempengaruhi tegangan output
pada rangakaian
4)
Nilai R3
berpengaruh pada besarnya tegangan output. Jika R3 semakin besar, tegangan
output semakin kecil.
5.2
SARAN
Hal yang harus diperhatikan sebelum
membuat rangkaian adalah harus menentukan datasheet sensor yang dibutuhkan.
Datasheet yang dipakai harus memiliki range tegangan output. Sehingga kita dapat
menentukan R1, R2, R3, dan R4
DAFTAR PUSTAKA
http://yuti-yunita.blogspot.com/2012/07/rangkaian-sensor-cahaya-ldr-untuk-kipas.html
http://www.alldatasheet.com/datasheet-pdf/pdf/2787/MOSPEC/TIP42A.html
LAMPIRAN
1.
Datasheet sensor
2.
Datasheet LM741
3.
Datasheet TIP 42
The article is much informative which i was searching for.Thanks for sharing.
BalasHapusEnrgtech Electronic